Taliban mengatakan wanita Afghanistan diizinkan untuk kuliah. Namun, kelas mereka harus dipisahkan dari siswa laki-laki.
Menteri universitas incumbent mengumumkan bahwa menurut aturan mereka, dosen laki-laki tidak diperbolehkan untuk mengajar mahasiswa perempuan.
Pengumuman itu dibuat karena keprihatinan akan masa depan hak-hak perempuan
setelah milisi mengambil alih kekuasaan.
Baca juga: 8 Anggota Taliban Dinyatakan Tewas Saat Bertarung dengan Gerilyawan di Lembah Panjshir
Sejak mengambil alih ibu kota, Kabul, pada 15 Agustus, kelompok tersebut telah menetapkan aturan berdasarkan interpretasinya terhadap hukum Syariah.
Taliban telah berjanji kepada Afghanistan dan masyarakat internasional
untuk tidak kembali ke tahun 1996-2001.
Usai pertemuan pada Minggu (29 Agustus 2021), Menteri Pendidikan Tinggi petahana Abul Baqi Haqqani mengatakan warga akan diperbolehkan belajar lagi.
Dapatkan informasi, inspirasi, dan wawasan di email Anda.
email pendaftaran
“Sesuai dengan penerapan syariat, santri laki-laki dan perempuan dipisahkan saat pelaksanaannya,” kata Haqqani.
Seperti dilansir Daily Mail, Selasa (31/9/2021), Haqqani menyatakan bahwa pihaknya akan mengubah kurikulum Islam dan masuk akal.
Perubahan kurikulum akan konsisten dengan nilai-nilai sejarah, kenegaraan, dan keislaman. Dan bisa bersaing dengan negara lain.
Selama masa jabatan Presiden Ashraf Ghani, hak-hak perempuan dan anak perempuan
dijamin untuk bekerja dan bersekolah.
Menurut Taliban Watch, tidak semua universitas menerima proposal tersebut, terutama universitas swasta.
Para pemilik kampus swasta menyatakan tidak memiliki cukup dosen perempuan untuk mendukung segregasi pembelajaran.
Wartawan Bashir Ahmad Gwakh mentweet bahwa segregasi telah secara efektif mengecualikan perempuan dari pendidikan tinggi.
Ini karena universitas tidak memiliki sumber daya atau anggaran yang cukup untuk merekrut guru.
LIHAT JUGA :
greenlifestyle.or.id
kopertis2.or.id
rsddrsoebandi.id
ktb-mitsubishimotors.co.id
topijelajah.com
mesinmilenial.com