Bos Ericsson: Indonesia Perlu Refarming Spektrum Mid-band untuk 5G Jakarta – Implementasi jaringan 5G di Indonesia terus berkembang, namun masih menghadapi tantangan signifikan dalam hal ketersediaan spektrum frekuensi yang optimal. Hal ini disoroti langsung oleh President Ericsson Asia Southeast Oceania & India, Nunzio Mirtillo, yang menyebut bahwa Indonesia perlu segera melakukan “refarming” spektrum mid-band jika ingin mewujudkan jaringan 5G yang berkualitas dan berdampak besar secara nasional.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam konferensi pers Ericsson baru-baru ini yang membahas masa depan konektivitas di Asia Tenggara, khususnya terkait peluang ekonomi digital melalui penguatan jaringan 5G.
Apa Itu Refarming Spektrum?
Mengoptimalkan Frekuensi Lama untuk Teknologi Baru
Refarming spektrum adalah proses mengalihkan atau menyusun ulang alokasi frekuensi radio yang sebelumnya digunakan untuk jaringan generasi lama (seperti 2G atau 3G), agar bisa digunakan untuk teknologi yang lebih modern, seperti 4G LTE dan 5G.
Menurut Nunzio, salah satu kunci keberhasilan penerapan 5G di berbagai negara adalah tersedianya spektrum mid-band, yaitu pita frekuensi di rentang 2,3 GHz hingga 3,7 GHz. Pita ini ideal karena menawarkan keseimbangan antara jangkauan sinyal dan kapasitas data yang besar.
“Indonesia masih menggunakan sebagian besar spektrum mid-band untuk layanan legacy seperti 3G. Agar 5G bisa berkembang maksimal, harus ada refarming frekuensi,” ujar Nunzio.
Mengapa Spektrum Mid-band Penting untuk 5G?
Spektrum mid-band memiliki karakteristik teknis yang sangat cocok untuk jaringan 5G, karena:
- Menawarkan kecepatan tinggi dan latensi rendah
- Dapat mencakup area luas sekaligus mendukung kapasitas pengguna besar
- Mendukung layanan industri, seperti otomasi pabrik, transportasi pintar, dan kesehatan digital
- Digunakan secara global di banyak negara untuk layanan 5G komersial
Nunzio menyebut, pita mid-band menjadi tulang punggung utama penggelaran 5G di negara-negara maju. Tanpa alokasi frekuensi yang memadai, kualitas layanan 5G di Indonesia bisa stagnan atau berkembang sangat lambat.
Kondisi Spektrum di Indonesia Saat Ini
Indonesia saat ini mengandalkan pita frekuensi 2,3 GHz dan 2,6 GHz untuk layanan 5G yang telah diluncurkan secara terbatas oleh beberapa operator seperti Telkomsel, XL Axiata, dan Indosat Ooredoo Hutchison. Namun, kapasitas yang tersedia dinilai masih terbatas untuk cakupan nasional.
Sebagian besar frekuensi mid-band lainnya masih digunakan oleh layanan 3G dan 4G. Padahal, 3G sendiri sudah mulai ditinggalkan di berbagai negara karena dianggap boros energi dan tidak efisien dalam penggunaan spektrum.
“Tanpa refarming dan pembukaan spektrum baru, jaringan 5G Indonesia akan sulit menjangkau seluruh wilayah secara merata,” tambah Nunzio.
Dukungan Infrastruktur dan Regulasi
Agar refarming bisa berjalan lancar, diperlukan sinergi antara pemerintah, operator telekomunikasi, dan penyedia teknologi seperti Ericsson. Proses refarming tidak hanya soal teknis, tapi juga melibatkan:
- Regulasi dari pemerintah dan Kementerian Kominfo
- Investasi infrastruktur tambahan dari operator
- Migrasi pengguna lama (3G) ke jaringan 4G atau 5G
- Kompensasi dan redistribusi lisensi spektrum
Indonesia sebenarnya sudah memulai proses shutdown jaringan 3G sejak 2022, namun belum menyeluruh. Sementara itu, 5G masih terbatas di kota besar dan kawasan industri prioritas.
Dampak Positif Refarming untuk Ekonomi Digital
Ericsson memperkirakan bahwa dengan pemanfaatan spektrum yang optimal, ekonomi digital Indonesia berpotensi tumbuh lebih cepat, terutama pada sektor:
- Industri manufaktur dan otomasi
- Transportasi cerdas dan kota pintar
- Pertanian presisi dan konektivitas pedesaan
- Edukasi digital dan layanan kesehatan jarak jauh
Studi dari GSMA juga menunjukkan bahwa refarming frekuensi ke 4G/5G dapat meningkatkan efisiensi spektrum hingga 15 kali lipat dibanding 2G dan 3G.
Rekomendasi Ericsson untuk Pemerintah Indonesia
Nunzio Mirtillo menegaskan bahwa jika Indonesia ingin menjadi pemain utama di ekonomi digital Asia Tenggara, maka langkah refarming harus menjadi prioritas nasional, di samping perluasan fiberisasi dan pengurangan hambatan birokrasi.
Rekomendasi utama Ericsson antara lain:
- Percepat refarming spektrum 3G untuk 5G
- Pastikan operator mendapat insentif untuk migrasi pengguna
- Kembangkan roadmap frekuensi nasional untuk 5G
- Sederhanakan proses izin pembangunan menara dan jaringan
- Edukasi masyarakat dan pelaku usaha tentang manfaat 5G
Langkah Strategis Menuju Indonesia 5G
Refarming spektrum mid-band bukan hanya kebutuhan teknis, tetapi juga strategi nasional untuk mewujudkan visi transformasi digital Indonesia. Tanpa alokasi frekuensi yang optimal, jaringan 5G hanya akan jadi simbol tanpa fungsi nyata.
📌 Pemerintah, operator, dan pelaku industri harus segera berkolaborasi untuk memastikan Indonesia tak tertinggal dalam era konektivitas super cepat. Seperti dikatakan Bos Ericsson: “Refarming bukan pilihan, tapi keharusan.”